Sabtu, 02 Juli 2011
Jumat, 01 Juli 2011
SEBENING EMBUN
Buah Karya : Sahra’i, S.Pd
Untuk sejenak yang tak ku inginkan
Biarkanlah menjadi hatiku
Yang hening menatap sebening embun
Tujuh pahlawanku
Yang senantiasa membingkaikan doa doa
Di sementara langkah ini
Hingga tak terhitung bintang jasanya
Maka,…
Untuk sejenak yang tak ku inginkan
Ijinkanlah sebening embun itu
Memercik ke mukaku,
Hingga terbilas jiwaku
Yang tak rela dengan kenang pisah ini
Walaupun menapak di ujung, jalan sementara
Adalah amanahmu
Wahai engkau yang slalu menuntunku membaca
Menemui sebuah makna
Benarkah ini yang terakhir ?
Jawablah !!!
Jawablah, takterkecuali engkau
Yang slalu mendekapku
Mengerti doa-doa
Ataukah engkau turut pula melambaikan tangan ?
Seperti juga para engkau, riangku
Yang senantiasa meliris bahagia
Dengan kidung-kidung Ayah bunda
Hingga aku tersenyum dalam kasih sayang
Wahai, guruku !
Dalam sejenak yang tak kuinginkan
Maafkanlah atas semuaku
Yang tak pandai menuai kalimatmu
Dan, …
Aku hanyalah kelana debu
Hinggap, diam tak berarti
Wahai guruku !
Dalam sejenak yang tang kuinginkan
Mungkin hanya ini
Mungkin sekedar yang tak cukup
Untuk terima kasihku
Semoga, …
Permai Indonesiaku
Buah Karya : Sahra'i, S.Pd.
Kata mereka
Aku terlahir di sini
Ketika tempat ini masih hijau
Dengan mata airnya yang jernih
Indah nan permai
Seperti dalam kenang masa kecilku
Kicau burung menjadi nyanyian pagi
Yang dingin dalam sejuk embun
Menetes membasahi hamparan padi yang menguning
Seperti pula kata Guruku
Inilah Indonesiaku yang sebenarnya
Namun,…
Kini, damai permainya bumi pertiwi
Hanyakah tinggal pepatah indah ?
Sementara pengrusakan lingkungan,banjir dan pencemaran
Sering menjadi isi berita
Sedangkan penghijauan tak menjadi kebiasaan
Maka, ijinkan saya berkata
Wahai yang merasa anak bangsa
Jangan biarkan kita lupa
Untuk berbuat jasa
Memelihara Bangsa dan Negara Indonesia
Seperti harapan para pahlawan
Pendahulu kita
HARAPAN PAHLAWAN
Buah karya : Sahra’i , S.Pd.
Saat di pusara para pahlawan
Aku membaca
Sebuah pesan terakhir mereka
Yang tertulis remang
Tak terawat
Wahai penerus kami
Kami hanya punya harapan
Tetapi, …
Engkaulah masa depan
Maka, …
Menulislah ! Penerus bangsaku
Membacalah ! Penerus bangsaku
Terdidiklah ! Wahai anak bangsaku
Agar kami tersenyum
Dalam peristirahatan
LANGIT MARKESO
Markeso, Markeso
Langitku adalah langitmu
Bambu runcing tugu pahlawan
Beribu cacing beribu tembang
Plak – pluk – plak – bang
Kaki mengangkang tangan bersilang
Markeso, Markeso
Hidup ini apa, katamu
Sebuah kidungan
Sebuah parikan
Sebuah kelewang
Sebuah gobang
Markeso, Markeso
Secangkir teh pahit pisang goreng
Adalah irama
Saat kau ketuki pintu – pintu
Memburu sekian sejarah yang lenyap
Dalam pusaran selat antara
Hiruk dan senyap
Batu nisan tengah kota
Tanpa nama
Tanpa bunga
EMBONG MALANG
Buah Karya : Aming Aminoedin
Menapaki trotoar jalan Embong Malang siang hari
terasa jalanan mengambang kebak polusi
kendaraan mengalir satu arah
keringatku mencair begitu gerah
Memandang selatan jalan Embong Malang
terasa diriku hilang ditelan gedung menjulang
engkaukah yang telah mengubah
wajah kota begitu indah ?
atau mungkin menyulap kota
tampak begitu gagah?
Sementara di beberapa tempat
banyak orang mengumpat
soal pendapatan upah buruh
tak lagi diterima utuh
soal rumah leluhur menyimpan arsitektur lama
dengan pongah di gusur – gusur. Kota lama
seperti telah dikubur
Embong Malang jalan satu arah
tak memberi satu arah, bagi
arti kehidupan tanpa
jurang pemisah. Antara yang mewah
dan lainnya berdarah, atau
mungkin bernanah
Langganan:
Postingan (Atom)