Kamis, 21 Juli 2011

Editorial Kumpulan Puisi penyair-penyair Besar Indonesia

Kiranya para pemerhati dunia satra khususnya syair dan puisi sudah tak asing lagi dengan sederetan nama penyair Indonesia seperti Chairil Anwar,Emha Ainun Najib, Mansur Samin, Supardi Djoko Damono, Taufiq Ismail, Toto Sudarto Bachtiar, dan si burung merak W.S. Rendra.

Karya-karya penyair-penyair besar di ats penuh dengan sentuhan-sentuhan hati terhadap realitas kehidupan, nilai-nilai perjuangan, pesan sosial bahkan Cinta.


Untuk sajian selengkapnya dapat anda download secara gratis di sini

Selasa, 05 Juli 2011

Bagaimana aku bisa bernafas???


                                               Buah Karya: Cahaya Malamku

Bagaimana aku bisa bernafas???
Udaranya tercemar....
Ataukah hidungku yang sakit....
Sehingga aku tak dapat menghirupnya....
Aku bisa... tapi sakit.... sungguh sakit.... menderita bila aku menghirupnya...
Lalu apa yang bisa kulakukan???
Agar aku tetap bisa bernafas...
Karena disinilah aku hidup....
Tak mungkin beranjak...

Bila raja tak lagi tahu..
Atau ratu yang hanya bisa tertawa...
Bagaimana seorang hamba bisa tersenyum...
Karena ia tak merasa memiliki....

                                                       
Sungguh ku bingung...
Aku ini harus bagaimana....
Karena kaki kananku tak mungkin bisa beranjak....
Mendapat titah untuk tetap berpijak di tanah ini...
Sedangkan kaki kiriku,,,
Menemukan gelangnya... entah cocok ataukah tidak....
Tapi kaki kiriku merasa bahagia....
Semukah???
Tertawalah ia...
Kaki kiriku lebih berbangga,,, karena setidaknya, ia lebih sering tertawa dari kaki kanan...

Lalu aku ini harus bagaimana...
Tak mungkin kusuruh kaki kiriku kembali....
Karena telah terlanjur jauh ia melangkah...
Ia akan melukai banyak hal jika beranjak....
Dan kaki kananku tetap teguh ditempatnya..

Lalu bagaimana aku bisa bernafas???
Udara dan hidungku tak menemukan formasi yang tepat...
Aku bisa mati....
Atau mungkin sudah takdirku untuk mati...
Dan hidup hanya menjadi hamba...
Tapi bisakah menjadi hamba yang membanggakan bagi tuannya..??

Sungguh.....


Tak ada peta...
Atau mungkin belum kutemukan...

Aku bahkan tak tahu arah mana yang kuinginkan...


Lalu aku harus bagaimana????

Jumat, 01 Juli 2011

SEBENING EMBUN

                                                                    Buah Karya : Sahra’i, S.Pd

Untuk sejenak yang tak ku inginkan
Biarkanlah menjadi hatiku
Yang  hening menatap sebening embun
Tujuh pahlawanku
Yang senantiasa membingkaikan doa doa
Di sementara langkah ini
Hingga tak terhitung bintang jasanya
Maka,…
Untuk sejenak yang tak ku inginkan
Ijinkanlah sebening embun itu
Memercik ke mukaku,
Hingga terbilas jiwaku

Yang tak rela dengan kenang pisah ini

Walaupun menapak di ujung,  jalan sementara

Adalah amanahmu
Wahai engkau yang slalu menuntunku membaca
Menemui sebuah makna
Benarkah ini yang terakhir ?
Jawablah !!!

Jawablah, takterkecuali engkau

Yang slalu mendekapku

Mengerti doa-doa
Ataukah engkau turut pula melambaikan tangan ?
Seperti juga para engkau, riangku
Yang senantiasa meliris bahagia
 Dengan kidung-kidung Ayah bunda
Hingga aku tersenyum dalam kasih sayang
Wahai, guruku !
Dalam sejenak yang tak kuinginkan
Maafkanlah atas semuaku
Yang tak pandai menuai kalimatmu
Dan, …
Aku hanyalah kelana debu
Hinggap, diam tak berarti
Wahai guruku !
Dalam sejenak yang tang kuinginkan
Mungkin hanya ini
Mungkin sekedar yang tak cukup
Untuk terima kasihku
Semoga, …

Permai Indonesiaku


                                                         Buah Karya : Sahra'i, S.Pd.                           

Kata mereka 
Aku terlahir di sini
Ketika tempat ini masih hijau
Dengan mata airnya yang jernih
Indah nan  permai
Seperti dalam kenang masa kecilku
Kicau burung menjadi nyanyian pagi
Yang dingin dalam sejuk embun
Menetes membasahi hamparan padi yang menguning
Seperti pula kata Guruku
Inilah Indonesiaku yang sebenarnya
Namun,…
Kini, damai permainya bumi pertiwi
Hanyakah tinggal pepatah indah ?
Sementara pengrusakan lingkungan,banjir dan pencemaran
Sering menjadi isi berita
Sedangkan penghijauan tak menjadi kebiasaan
Maka, ijinkan saya berkata
Wahai yang merasa anak bangsa
Jangan biarkan kita lupa
Untuk berbuat jasa
Memelihara Bangsa dan Negara Indonesia
Seperti harapan para pahlawan
Pendahulu kita

HARAPAN PAHLAWAN


Buah karya : Sahra’i , S.Pd.


Saat di pusara para pahlawan
Aku membaca
Sebuah pesan terakhir mereka
Yang tertulis remang
Tak terawat
Wahai penerus kami
Kami hanya punya harapan
Tetapi, …
Engkaulah masa depan
Maka, …
Menulislah ! Penerus bangsaku
Membacalah ! Penerus bangsaku
Terdidiklah ! Wahai anak bangsaku
Agar kami tersenyum
Dalam peristirahatan

LANGIT MARKESO


Markeso, Markeso
Langitku adalah langitmu
Bambu runcing tugu pahlawan
Beribu cacing beribu tembang
Plak – pluk – plak – bang
Kaki mengangkang tangan bersilang

Markeso, Markeso
Hidup ini apa, katamu
Sebuah kidungan
Sebuah parikan
Sebuah kelewang
Sebuah gobang

Markeso, Markeso
Secangkir teh pahit pisang goreng
Adalah irama
Saat kau ketuki pintu – pintu
Memburu sekian sejarah yang lenyap
Dalam pusaran selat antara

Hiruk dan senyap
Batu nisan tengah  kota
Tanpa nama
Tanpa bunga

1989 Buah Karya : Tengsoe Tjahyono

EMBONG MALANG



Buah Karya : Aming Aminoedin

Menapaki trotoar jalan  Embong Malang siang hari
terasa jalanan mengambang kebak polusi
kendaraan mengalir satu arah
keringatku mencair begitu gerah

Memandang selatan jalan Embong Malang
terasa diriku hilang ditelan gedung menjulang
engkaukah yang telah mengubah
wajah kota begitu indah ?
atau mungkin menyulap kota
tampak begitu gagah?

Sementara di beberapa tempat
banyak orang mengumpat
soal pendapatan upah buruh
tak lagi diterima utuh
soal rumah leluhur menyimpan arsitektur lama
dengan pongah di gusur – gusur. Kota lama
seperti telah dikubur

Embong Malang jalan satu arah
tak memberi satu arah, bagi
arti kehidupan tanpa
jurang pemisah. Antara yang mewah
dan lainnya berdarah, atau
mungkin bernanah